Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Proses Pencarian Ide Dalam Pengembangan Produk-Produk Baru

Proses Pencarian Ide Dalam Pengembangan Produk-Produk Baru

Pencarian Ide (Idea Generation) - Proses pengembangan produk baru diawali dari pencarian ide (idea generation). Ide produk baru tersebut dapat berasal dari berbagai sumber, seperti misalnya departemen riset dan pengembangan, ilmuan, karyawan, konsumen, pesaing, manajemen puncak, dan distributor.

Umumnya gagasan atau ide yang muncul dari segi teknologi pemisahaan akan cenderung dirunuskan dalam technological terms (seperti misalnya, gagasan mobil baru didasarkan pada desain yang diperbaiki untuk aerodinamis) ataupun karakteristik fisik (misalnya ponsel baru yang lebih kecil dan ringan). Apabila gagasan berasal dari distributor atau konsumen, gagasan atau ide tersebut cenderung akan dijabarkan dalam konteks manfaat pemecahan masalah (seperti misalnya, tas atau koper yang dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam overhead compartment di pesawat)

{|CATATAN| Seperti yang disebutkan diatas, proses pencarian ide merupakan proses awal dari pengembangan produk. Untuk mengetahui proses pengembangan produk seutuhnya, silahkan kunjungi 5 artekel berikut: 1. Proses Pengembangan Produk Baru | 2. Proses Penyaringan Ide Produk Baru | 3. Proses Pengujian Produk Baru | 4. Proses Komersialisasi Produk | 5. 6 Tahapan dalam Perencanaan Strategi Produk}

Oleh karena itu, konsep produk baru harus dinyatakan dalam dua aspek, yaitu:
a.       Spesifikasi manfaat yang akan diterima oleh para konsumen potensial.
b.      Definisi atribut fisik atau teknologi yang bisa menghasilkan manfaat-manfaat tersebut.

Setidaknya ada 6 teknik yang dapat membantu setiap kelompok atau individu dalam perusahaan untuk bisa pencarian dan menghasilkan ide-ide yang lebih baik, yaitu sebagai berikut:

Proses Pencarian Ide dalam Pengembangan Produk-Produk Baru

1.      Daftar Atribut

Teknik ini dilakukan dengan cara mencari dan menemukan daftar atribut-atribut utama dari produk lama dan kemudian memodifikasi setiap atribut tersebut dalam upaya mencari produk yang lebih baik. Contohnya sebuah obeng. Atributnya terdiri dari pegemangan kayu, batangan besi bundar, dioperasikan secara manual, dan dilakukan dengan cara diputar. Kemudian dari daftar atribut tersebut dapat dimodifikasi dengan sedemikian rupa agar menjadi lebih baik, misalnya dengan merubah pegangan obeng tersebut menjadi berbahan dasar karet, mengubah batang bundar menjadi segi enam, membuat operasinya menjadi tenaga listrik dan sebagainya.

2.      Forced Relationship

Dengan teknik forced relationship, beberapa objek dipertimbangkan keterkaitannya satu sama lain. Seperti misalnya, produsen peralatan kantor ingin merancang sebuah meja kerja eksekutif baru. Lalu kemudian beberapa objek didaftar, seperti meja kerja, komputer, jam, televisi, mesin fax, mesin foto kopi, lemari buku, dan sebagainya. Kemudian setelah dipertimbangkan keterkaitannya, hasilnya adalah sebuah meja kerja elektronik dengan panel seperti yang terdapat pada kokpit pesawat.

3.      Analisis Morfologi

Metode analisis morfologi memerlukan identifikasi dimensi struktural masalah dan menguji keterkaitan diantaranya. Seperti misalnya permasalahan yang berkaitan dengan pemindahan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan sebuah kendaraan. Dimensi utamanya berarti jenis kendaraannya (kereta, kursi, tempat tidur, penghela), perantaranya (air, udara, minyak, roda, permukaan keras, rel), sumber tenaganya (motor listrik, tekanan udara, mesin uap internal). Sehingga kendaraan jenis kereta dengan tenaga mesin uap internal dan bergerak diatas permukaan yang keras adalah sebuah mobil. Yang diharapkan dari metode ini adalah untuk membuat suatu kombinasi baru.

4.      Identifikasi Kebutuhan/Masalah

Teknik-teknik yang sudah dijelaskan sebelumnya (daftar atribut, forced relationship, dan analisis morfologi) tidak membutuhkan masukan dari konsumen untuk dapat menghasilkan ide. Tetapi berbeda dengan teknik-teknik sebelumnya, identifikasi kebutuhan/masalah membutuhkan masukan dari konsumen dimana teknik ini dimulai dari konsumen. Konsumen akan ditanya tentang kebutuhan, masalah, serta ide-ide mereka. Seperti misalnya konsumen yang ditanyai tentang masalah mereka dalam menggunakan produk tertentu. Kemudian berbagai masalah yang muncul tersebut dikelompokkan berdasarkan tingkat keseriusannya, tingkat frekuensinya, dan tingkat biaya penanggulangannya untuk nantinya menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan perbaikan apa saja yang harus dilakukan atas produk tersebut.

5.      Brainstorming

Dalam teknik brainstorming, perusahaan akan membentuk semacam kelompok yang terdiri atas 6 sampai 10 orang. Mereka nantinya akan diminta untuk mengajukan ide dan usul sebanyak-banyaknya dalam jangka waktu tertentu (misalnya dalam 1 jam). Agar lebih efektif maka terdapat empat pedoman yang sebaiknya digunakan, yaitu sebagai berikut:

a.       Tanpa kritik, maksudnya adalah komentar-komentar negatif atas ide-ide yang dikemukakan oleh kelompok harus ditahan sampai semua ide dapat tertampung.
b.      Pemberian kebebasan, artinya semakin liar atau semakin gila ide-ide yang dikemukakan, maka justru akan semakin baik. Hal tersebut karena lebih akan mudah mengurangi dibandingkan dengan memancing munculnya ide.
c.       Mendorong kuantitas, artinya semakin banyak jumlah ide, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan ide yang baik.
d.      Mendukung penggabungan dan perbaikan ide, artinya setiap anggota kelompok dapat menggabungkan idenya dengan ide dari anggota lainnya untuk mendapatkan ide baru yang lainnya.

6.      Sinektik

Kadang metode brainstorming akan menghasilkan pemecahan yang terlalu cepat, sebelum dikembangkan berbagai perspektif yang memadai. Oleh sebab ada teknik lain yang disebut sebagai metode sinektik. Dalam metode sinektik, terdapat lima prinsip pokok yang dijadikan sebagai acuan, yaitu sebagai berikut:
a.       Penundaan: melihat sudut pandang terlebih dahulu, baru pemecahannya.
b.      Otonomi obyek: biarkan masalah seperti apa adanya.
c.       Gunakan tempat yang umum: ambil keuntungan dari keterbiasaan sebagai titik tolak.
d.      Keterlibatan/keterlepasan: ambil posisi antara masuk kedalam suatu masalah dan berdiri di luarnya, sehingga dapat melihat sebagai suatu keseluruhan.
e.       Gunakan metafora: biarkanlah hal-hal yang tidak relevan dan kebetulan memberikan analogi yang bisa menjadi sumber sudut pandang baru.

Posting Komentar untuk "Proses Pencarian Ide Dalam Pengembangan Produk-Produk Baru"