Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Teori Permintaan dan Penawaran Uang

Permintaan dan penawaran tidak hanya terjadi pada barang atau jasa melainkan juga terjadi pada uang. Permintaan dan penawaran uang terjadi sehubungan dengan peredaran uang dalam kegiatan ekonomi antara pihak debitor (yang mencari dana) dan pihak kreditor (yang menawarkan uang).

Pada dasarnya besarnya uang yang beredar disuatu negara dipengaruhi oleh tarik-menarik antara permintaan dan penawaran. Jika kita perhatikan, setidaknya ada 3 pihak yang berpengaruh dalam peredaran uang di masyarakat, antara lain yaitu:

Catatan: Sebelum Anda membaca artikel ini ada baiknya Anda juga membaca artikel terkait sebelumnya: Sejarah Singkat Uang di Indonesia.


1)   Otoritas Moneter

Otoritas moneter merupakan suatu entitas yang memiliki wewenang mengendalikan jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak menetapkan suku bunga dan ukuran lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Di Indonesia sendiri otoritas moneternya adalah bank sentral atau Bank Indonesia (BI).


2)   Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan merupakan pihak yang berpengaruh dalam peredaran uang. Lembaga keuangan terbagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank (bank sentral, bank umum, dll) dan lembaga keuangan non bank (pasar modal, koperasi, asuransi, dll).


3)   Masyarakat (Rumah Tangga dan Perusahaan)

Masyarakat (rumah tangga dan perusahaan) merupakan pihak yang berperan sebagai pengguna dan yang membutuhkan uang. Biasanya kebutuhan uang masyarakat ditawarkan oleh lembaga keuangan.


Teori Permintaan Uang

Permintaan uang adalah jumlah dari keseluruhan uang yang dingininkan, diminta atau dibutuhkan oleh suatu perusahaan maupun masyarakat atau dalam hal ini pelaku kegiatan ekonomi. Berdasarkan teorinya permintaan uang dibagi menjadi dua teori, yaitu teori klasik (kuantitas) dan teori Keynesian.


A.  Teori Klasik

Menurut pandangan ekonomi klasik, fungsi uang hanya sebagai alat tukar. Oleh karena itu, jumlah uang yang diminta berbanding lurus dengan tingkat output atau pendapatan. Jika tingkat output meningkat, jumlah uang yang diminta akan meningkat. Demikian sebaliknya.

Fokus dari teori klasik adalah hubungan antara penawaran dan permintaan dan umumnya menguraikan uang dari sudut pandang kuantitas, oleh karena itu teori klasik sering disebut juga Quantity Theory of Money (teori kuantitas). Ada beberapa pandangan teori dalam teori permintaan uang menurut teori klasik, antara lain yaitu:


1)   Teori Kuantitas dari Ricardo

Menurut David Ricardo “Kuat atau lemahnya nilai uang sangat tergantung pada jumlah uang yang beredar. Apabila jumlah uang berubah menjadi dua kali lipat maka nilai uang akan menurun menjadi setengah dari semula. Sebaliknya, apabila jumlah uang berkurang hingga setengah maka nilai uang akan naik menjadi dua kali lipat. Hal ini terjadi karena jika jumlah uang naik menjadi dua kali lipat, otomatis nilai uang akan menurun menjadi setengahnya”.  Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Keterangan:

M = Quatity of money (jumlah uang)

P = Price (tingkat harga)

k = konstanta (pembanding tetap)


Teori kuantitas ini sangat sederhana karena tidak mengindahkan faktor yang memengaruhi nilai uang seperti misalnya:

a)    Jumlah uang yang beredar

b)    Kecepatan peredaran uang  (jumlah permintaan uang)

c)    Jumlah barang atau jasa yang diperdagangkan


2)   Teori Kuantitas dari Irving Fisher

Teori ini disebut  juga teori persamaan pertukaran (the transaction equation of exchange). Dalam teori ini Irving Fisher berusaha menyempurnakan  teori kuantitas David Ricardo dengan memasukkan variabel yang memengaruhi nilai uang, yakni kecepatan peredaran uang, barang dan jasa yang diperdagangkan. Teori ini mempunyai rumus matematis sebagai berikut:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Keterangan:

M = Quatity of money (jumlah uang)

V = Kecepatan peredaran uang

P = Price (tingkat harga)

T = Jumlah barang dan jasa


Dari rumus tersebut kita dapat mencari tingkat harga dengan mengunakan rumus:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Rumus tersebut dapat digunakan untuk menentukan tingkat harga (P), untuk lebih memahaminya perhatikan pola berikut ini:

"Jika M naik, sedangkan V dan T tetap maka P akan naik”

"Jika V naik, sedangkan M dan T tetap maka P akan naik”

"Jika T naik, sedangkan M dan V tetap maka P akan turun”.


Pada kenyataannya harga (P) tidak selalu berada pada posisi yang pasif, terkadang P dapat mempengaruhi kecepatan peredaran uang, misalkan suatu produk mengalami penurunan harga, maka permintaan barang akan meningkat sehingga akan berpengaruh pada kecepatan peredaran uang. Hal inilah yang menjadi kelemahan dari teori Irving Fisher.

Contoh soal :

1.    Suatu hari perusahaan A dan perusahaan B membuat kesepakatan perdagangan dengan transaksi sebesar Rp.100.000.000,00. Jika jumlah uang yang beredar Rp. 10.000.000,00 berapa kecepatan peredaran uang?

Jawab :


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli


Jadi kecepatan peredaran uang adalah 10 kali.


2.    Suatu transaksi ekonomi pada tingkat harga sebesar Rp.1.000.000,00 barang yang terjual sebanyak 100 unit, kecepatan peredaran uang pada saat itu sebesar 10 kali, tentukan besarnya uang yang beredar dalam transaksi tersebut!

Jawab:

Diketahui P = 1.000.000, T = 100 unit, dan V = 10 kali

Ditanyakan M?


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli


Jadi uang yang beredar dalam ternsaksi tersebut adalah Rp. 10.000.000,00


3)   Teori Kuantitas dari AC. Pigou

Berbeda dengan Ricardo dan Fisher yang memfokuskan teorinya pada jumlah uang dan harga, seorang guru besar Universitas Cambridge yang bernama A.C. Pigou lebih menitikberatkan teorinya pada hubungan antara jumlah uang dengan pendapatan nasional yang dinyatakan dalam uang kas. Dalam teorinya, A. C. Pigou membuat 2 versi persamaan yaitu versi saldo kas dan versi pendapatan.


a)   Persamaan Versi Saldo Kas (Cash Balance Version)

Persamaan versi saldo kas memiliki rumus sebagai berikut:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Dimana:

M = Quatity of money (jumlah uang)

P = Price (tingkat harga)

T = Jumlah transaksi

k = Konstanta


Contoh soal:

Suatu perekonomian, memiliki jumlah nilai transaksi keseluruhan Rp.400.000.000,00 sementara jumlah uang yang beredar Rp. 8.000.000,00. Tentukanlah berapa konstansta (k) dan kecepatan peredaran uang (V) dalam perekonomian tersebut.

Jawab:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Untuk menghitung nilai V bisa menggunakan rumus Irving Fisher, yaitu:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Jadi kecepatan peredaran uang (V) dalam perekonomian tersebut adalah 50 kali.


b)   Persamaan Versi Pendapatan (Income Version)

Persamaan versi pendapatan mempunyai rumus sebagai berikut:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli


Keterangan:

M = Quatity of money (jumlah uang)

P = Price (tingkat harga)

Y = Pendapatan nasional

k = Konstanta


Contoh soal:

Diketahui  jumlah uang yang beredar Rp. 8.000.000,00, pendapatan riil yang didapat sebesar Rp. 40.000.000,00 dan k=0,2. Jawablah mengapa harga meningkat menjadi 2 kali lipat jika peredaran uang ditambah menjadi Rp.16.000.000,00?

Jawab:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli

Dan jika M ditambah menjadi Rp. 16.000.000 maka:


Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli


Jadi jelaslah bahwa dengan bertambahnya uang yang beredar maka harga cenderung akan naik.

Dari ketiga teori kuantitas di atas, terdapat suatu persamaan yang membedakan teori kuantitas klasik ini dengan teori lainnya. Menurut Thomas Humprey setidaknya ada lima ciri/asumsi yang membedakan teori kuantitas dengan teori lain yaitu:

1)    Asumsi proporsionalitas antara  jumlah uang yang beredar (M) dengan tingkat harga (P)

2)    Peranan aktif dari jumlah uang yang beredar (M) dalam mekanisme transmisi moneter

3)    Kenetralan uang, yaitu terpisahnya sektor moneter dengan sektor riil

4)    Teori moneter tingkat harga, dalam artian bahwa penyebab utama perubahan tingkat harga adalah gejala-gejala yang terjadi di sektor moneter.

5)    Eksogenitas jumlah uang yang beredar, yaitu M diasumsikan merupakan variabel yang eksogen


B.  Teori Keynes

Menurut John Maynard Keynes ada 3 alasan mengapa tiap rumah tangga memegang atau menyimpan uang tunai, yaitu karena alasan transaksi (transaction motive), berjaga-jaga (precauttionary motive) dan motif spekulasi (speculation motive).


1)   Alasan Transaksi (Transaction Motive)

Masyarakat memegang uang tunai dengan tujuan untuk mempermudah melakukan teransaksi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Keynes, permintaan uang untuk transaksi memiliki hubungan positif dengan pendapatan, semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula keperluan uang untuk transaksi.


2)   Alasan Berjaga-jaga (Precauttionary Motive)

Kita tahu bahwa dunia ini penuh dengan ketidak pastian, bisa saja suatu saat kita mendadak sakit atau mengalami kecelakaan, dan pada saat itu kita memerlukan biaya untuk mengatasinya. Oleh karena itu alasan kedua yang mendorong orang untuk menyimpan uang adalah untuk berjaga-jaga. Permintaan uang untuk berjaga-jaga juga memiliki hubungan positif dengan pendapatan.


3)   Alasan Spekulasi (Speculation Motive)

Uang tunai selain mempunyai manfaat untuk memperlancar transaksi dan untuk berjaga-jaga juga dapat digunakan untuk berspekulasi. Spekulasi disini adalah mencari keuntungan sesaat, misalnya seorang pedagang membeli terompet dengan jumlah yang banyak pada saat harga terompet tersebut sedang murah, ia tahu pada saat mendekati malam tahun baru harga terompet tersebut akan naik sehingga dia menjualnya saat akan mendekati malam tahun baru sehingga dia mendapatkan untung yang berlipat. Tentu saja untuk menjalankan spekulasi ini tentu dibutuhkan uang tunai lebih banyak diawal ia membeli terompet tersebut. Jadi alasan masyarakat menyimpan uang adalah untuk alasan spekulasi seperti contoh tersebut.


Teori Penawaran Uang (Money Supply)

Penawaran uang adalah jumlah uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Harus dipahami bahwa untuk mempelajari penawaran uang kita harus dapat membedakan antara mata uang dalam peredaran dan uang yang beredar, karna kedua istilah tersebut cukup berbeda. Mata uang dalam peredaran adalah mata uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh Bank Sentral terdiri atas uang kertas dan uang logam (uang kartal).

Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang ada dalam perekonomian (mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral pada bank-bank umum). Dalam teori penawaran uang, terdapat dua teori, yaitu teori penawaran uang tanpa bank dan teori penawaran uang modern.


A.  Teori Penawaran Uang Tanpa Bank

Teori penawaran uang tanpa bank merupakan gambaran dari sistem standar emas, dalam artian ketika emas menjadi satu-satunya alat pembayaran di masyarakt. Dalam sistem ini, jumlah uang yang beredar atau uang yang ditawarkan naik atau turun sesuai dengan tersedianya emas di masyarakat. Dalam sistem moneter seperti ini, uang yang beredar ditentukan oleh proses pasar. Pemerintah, Bank Sentral, atau perbankan tidak memiliki pengaruh apa-apa terhadap besarnya uang yang beredar di masyarakat.

Penawaran uang akan bertambah jika orang memproduksi emas baru. Oleh karena itu, jumlah uang beredar sangat bergantung pada perilaku produsen emas. Sementara produsen emas hanya akan memproduksi emas jika itu menguntungkan. Sementara itu, standar uang yang digunakan ada dua macam, yakni standar kertas dan standar logam.


1)   Standar Kertas

Standar kertas merupakan sistem keuangan yang memakai uang kertas sebagai alat pembayaran yang sah dan tidak terbatas, tetapi tidak bisa ditukarkan dengan emas dan perak pada bank sirkulasi.


2)   Standar Logam (Metalisme)

Standar logam dapat dibedakan menjadi dua, yaitu standar monometalisme dan standar bimetalisme.

a)    Standar monometalisme, yaitu jika suatu negara menggunakan satu buah logam mulia sebagai standar uangnya. Misalnya hanya memakai emas atau perak sbagai standar uangnya.

b)    Standar bimetalisme dua logam, standar ini dapat terbagi menjadi tiga, yaitu:

(1)  Standar pincang, yaitu standar uang yang memakai emas sebagai standar uang dan perak sebagai alat pembayarannya.

(2)  Standar paralel, yaitu standar uang yang memakai dua logam mulia emas dan perak secara bersamaan sebagai standar uangnya. Tetapi, perbandingan yang berlaku hanya satu macam saja, yaitu menurut pasar.

(3)  Standar kembar, yaitu standar uang yang memakai dua logam mulia emas dan perak secara bersamaan sebagai standar uangnya.

Apabila suatu negara menggunakan standar kembar, maka dalam negara tersebut akan berlaku Hukum Gresham, yaitu: "bad money always drives out good money". Artinya, uang yang jelek akan mengusir keluar uang yang baik.

Syarat berlaku Hukum Gresham ini adalah sebagai berikut:

1)    Menggunakan standar kembar.

2)    Bank Sentral memperjualbelikan logam mulia, baik itu emas ataupun perak.

3)    Masyarakat diberi kebebasan untuk melebur dan menempa uang emas atau perak.

4)    Perbandingan perak dan emas menurut pemerintah dan pasar berbeda.


B.  Teori Penawaran Uang Modern

Berbeda dengan teori sebelumnya, dalam perekonomian modern para produsen emas tidak lagi memiliki peran dalam kegiatan moneter. Pada perekonomian modern, sumber dari terciptanya uang beredar adalah otoritas moneter atau Bank Sentral. Bank Sentral merupakan produsen uang primer atau uang inti.

Sementara lembaga keuangan (perbankan) berperan sebagai produsen uang sekunder bagi masyarakat. Keduanya sangat berhubungan karena uang sekunder (uang giral) hanya bisa berkembang karena ada uang primer. Uang sekunder diciptakan oleh bank atas dasar uang primer yang dipegang bank (cadangan bank).


Posting Komentar untuk "Teori Permintaan dan Penawaran Uang Menurut Para Ahli"