KEGIATAN EKONOMI (KONSUMSI)
3. KONSUMSI
Dalam
kegiatan tertentu Anda pasti sering mendengar istilah konsumsi bukan? Pada
masyarakat luas istilah konsumsi sering diartikan sebagai kegiatan menghabiskan
makanan dan minuman, akan tetapi dalam ilmu ekonomi istilah konsumsi tidak
hanya sebatas pada persoalan makan dan minum saja tetapi menyangkut semua
kebutuhan hidup masyarakat, baik itu kebutuhan yang menyangkut jasmani maupun
kebutuhan rohani.
A. PENGERTIAN
KONSUMSI
Konsumsi
dapat diartikan sebagai kegiatan menghabiskan/mengurangi nilai guna atau
manfaat suatu barang maupun jasa yang ditunjukan langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Seperti kita ketahui bahwa kebutuhan hidup masyarakat sangat
beraneka ragam, misalnya dalam kebutuhan makanan, minuman, pakaian, rumah dan
sebagainya. Untuk itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan banyak
produksi barang dan jasa.
Barang
konsumsi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu barang yang hanya dapat dipakai
sekali, contohnya makanan, minuman dan
sebagainya dan barang yang dapat dipakai beberapa kali, contohnya pakaian,
kendaraan, perabotan dan sebagainya.
B. TUJUAN
KEGIATAN KONSUMSI
Dalam
kegiatan ekonomi seorang konsumen melakukan kegiatan konsumsi mempunyai
beberapa tujuan. Terdapat empat tujuan kegiatan konsumsi yaitu:
a)
Mengurangi
nilai guna barang atau jasa secara bertahap
Pada
saat seseorang melakukan kegiatan konsumsi akan terjadi pengurangan nilai guna
dari barang atau jasa yang dikonsumsi tersebut secara bertahap. Contohnya
pemakaian pakaian, alat rumah tangga, kendaraan, dsb.
b)
Menghabiskan
nilai guna barang sekaligus
Seperti
yang telah dijelaskan bahwa pada saat kegiatan konsumsi ada barang yang akan
habis dipakai pada saat itu juga dan ada barang yang bisa dipakai/dikonsumsi
beberapa kali. Contohnya makanan,
minuman, dsb.
c)
Memuaskan
kebutuhan secara fisik
Biasanya
motif seseorang melakukan kegiatan konsumsi bertujuan untuk mencukupi kebutuhan
mereka secara fisik. Contohnya penggunaan pakaian, penggunaan alat-alat oleh
raga, bisa juga makanan, dsb.
d)
Memuaskan
kebutuhan rohani
Selain
kebutuhan secara fisik atau jasmani, motif seseorang melakukan kegiatan
konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Contohnya berlibur, main game
dsb.
Kita
tahu bahwa untuk melakukan kegiatan konsumsi kita harus memiliki barang untuk
dikonsumsi. Untuk mendapatkan barang konsumsi tersebut kita harus membuat atau
membelinya. Banyaknya barang yang kita konsumsi tergantung dari harga dan banyaknya barang yang tersedia
di masyarakat. Tahukah Anda bahwa besarnya konsumsi seseorang akan dipengaruhi
oleh faktor-faktor berikut:
1)
Kemampuan
produksi masyarakat dalam menyediakan barang konsumsi.
2)
Tingkat
penghasilan seseorang, khususnya kemampuan untuk membeli barang.
3)
Harga
barang yang tersedia.
Selain
ketiga faktor diatas, besarnya konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh selera
dan intensitas kebutuhannya serta adanya barang substitusi. Dalam hal ini
semakin tinggi selera dan intensitas kebutuhannya, maka akan semakin besarpula
jumlah konsumsinya. Selain itu jika barang substitusi jumlah dan jenisnya
banyak maka konsumsi terhadap barang yang disubstitusi akan semakin menurun,
hal ini disebabkan karena biasanya barang substitusi lebih murah harganya
dibandingkan barang yang disubtitusi jadi orang lebih tertarik mengkonsumsi
barang substitusi. Besarnya tingkat konsumsi masyarakat mencerminkan tingkat
kemakmuran masyarakat tersebut, yang artinya semakin tinggi tingkat konsumsi
masyarakat, berarti semakin tinggi pula tingkat kemakmurannya.
C. POLA
PERILAKU KONSUMEN
Perilaku
pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku kita pada
umumnya termotivasi oleh suatu keinginan atau hasrat untuk mencapai tujuan
tertentu. Motivasi seseorang tergantung pada kekuatan motif mereka. Pada
dasarnya, motif kebutuhan merupakan alasan yang melandasi perilaku.
Kebutuhan
ataupun keinginan setiap orang begitu banyak dan apabila dihitung tidak akan
ada habisnya, oleh karena itu dalam hidup kita selalu dihadapkan dengan
berbagai alternatif pilihan dan kita dituntut harus selalu melakukan pilihan
sehubungan dengan sumber daya mendasar. Berkaitan dengan itu konsep dasar
perilaku konsumen menyatakan pada umumnya konsumen selalu berusaha untuk
mencapai utilitas yang maksimal dari pemakaian suatu benda. Yang dimaksud
utilitas adalah seberapa besar derajat sebuah barang atau jasa dapat memberi
kepuasan atas kebutuhan seseorang, atau ukuran kepuasan yang diterima dari
penggunaan barang dan jasa. Utilitas sering juga disebut sebagai nilai guna.
Pada kenyataannya setiap orang mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda-beda,
namun setiap orang akan berusaha untuk mencapai kepuasan yang maksimal.
Konsumen
adalah individu yang melakukan kegiatan konsumsi barang atau jasa, dalam
melakukan kegiatan konsumsinya konsumen memiliki perilaku yang sangat beragam.
Namun pada intinya konsumen ingin memaksimalkan kepuasannya dengan sejumlah
uang yang dimilikinya.
Dalam
teori perilaku konsumen dijelaskan begaimana cara seseorang memilih suatu
barang atau jasa yang diyakini akan memberikan kepuasan maksimum terhadap
dirinya dengan terbatasi oleh pendapatan dan harga barang tersebut.
Untuk
mengetahui perilaku konsumen dalam memaksimalkan kepuasan ini, dikenal dua
pendekatan, yaitu pendekatan nilai guna atau pendekatan kardinal dan yang kedua
pendekatan kurva indiferen atau pendekatan ordinal.
1)
Pendekatan
Nilai Guna/Utilitas Kardinal (Cardinal Approach)
Dalam
pendekatan ini utilitas dapat diukur secara langsung melalui angka-angka. Oleh
sebab itu juga pendekatan ini disebut sebagai pendekatan kardinal (cardinal
approach). Pada pendekatan kardinal terdapat dua konsep yang digunakan yaitu
konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU).
Untuk
lebih memahami pendekatan ini kita analogikan pada seseorang yang sedang merasa
kelaparan. Misalnya suatu hari setelah pulang sekolah Anda merasa sangat lapar,
setibanya di rumah Anda tidak menemukan makanan karena ibu Anda sedang pergi
keluar dan ia tidak menyiapkan sebuah makanan untuk Anda. Tak berselang lama
tante Anda mampir ke rumah dengan membawa beberapa donat, alngkah senangnya
Anda ketika itu karena sudah merasa sangat kelaparan. Tanpa pikir panjang Anda
pun langsung melahap donat tersebut satu persatu. Pada donat pertama yang Anda
makan, Anda akan mendapatkan tingkat utilitas tertentu, selanjutnya pada donat
yang kedua yang Anda makan total utilitas Anda akan meningkat karena donat
kedua memberikan tambahan utilitas. Tambahan utiltas inilah yang disebut
utilitas marginal atau marginal utility.
Sejalan
dengan hukum utilitas marjinal yang semakin berkurang (the law of diminishing
marginal utility), semakin banyak Anda mengonsumsi donat, utilitas tambahan
yang diperoleh dari mengonsumsi donat tersebut semakin berkurang. Utilitas
marjinal yang semakin berkurang muncul akibat dari kenyataan bahwa kenikmatan
yang Anda peroleh dari memakan donat tersebut akan menurun sejalan dengan makin
banyaknya donat yang dikonsumsi. Dengan semakin berkurangnya utilitas tambahan
tersebut, utilitas total akan meningkat dengan laju yang makin menurun. Nilai
utilitas total akan maksimum pada saat nilai utilitas marjinal sama dengan nol
(MU = 0).
a)
Hukum
Gossen I
Hukum
Gossen I yang dikemukakan oleh Hermann Heinrich Gossen lahir atas dasar pola
konsumsi manusia dalam mengkonsumsi satu jenis barang untuk mencapai utilitas
maksimum. Hukum ini menyatakan:
”Jika pemenuhan kebutuhan akan satu jenis barang dilakukan secara terus-menerus, utilitas yang dinikmati konsumen akan semakin tinggi, tetapi setiap tambahan konsumsi satu unit barang akan memberikan tambahan utilitas yang semakin kecil.”
Utilitas
dari memakan donat dapat dinyatakan dalam angka. Misalnya, pada saat Anda
memakan donat yang pertama, tingkat utilitas Anda baru mencapai nilai 6 util.
Selanjutnya, pada saat Anda memakan donat kedua nilai tingkat utilitas Anda
meningkat menjadi 11 util. Demikian juga, pada saat Anda memakan donat ketiga nilai tingkat utilitas Anda naik lagi menjadi 15 util. Selanjutnya,
secara berturut-turut untuk donat keempat nilai tingkat utilitasnya menjadi 18
util, untuk donat kelima nilai tingkat utilitasnya menjadi 20 util, untuk donat
keenam nilai tingkat utilitasnya adalah 21util, untuk donat ketujuh juga nilai
tingkat utilitasnya adalah 21 util. Dan apabila situasi tersebut digambarkan
dalam tabel akan tampak sebagai berikut.
Dari
tabel diatas terlihat bahwa utilitas total akan naik sejalan dengan kenaikan
konsumsi donat, tetapi laju kenaikannya semakin menurun. Tabel diatas juga
memperlihatkan bahwa utilitas total dari mengonsumsi beberapa donat sama dengan
jumlah utilitas marjinal yang diperoleh hingga titik tertentu. Coba Anda perhatikan.
Pada saat Anda mengkonsumsi 4 donat, utilitas total Anda adalah 18 util. Jumlah
dari utilitas marjinal hingga Anda mengkonsumsi 4 donat adalah 6 + 5 + 4 + 3 =
18 util. Jadi, dapat disimpulkan bahwa utilitas total adalah jumlah seluruh
utilitas marjinal yang diperoleh hingga ke titik tertentu. Jika data dari tabel
diatas dibuat kurva akan tampak sebagai berikut.
b)
Hukum
Gossen II
Seperti
yang sudah kita ketahui bahwa manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas,
mulai dari kebutuhan yang sifatnya penting seperti kebutuhan primer sampai pada
kebutuhan yang sifatnya kurang penting. Untuk itu, Hermann Heinrich Gossen
mengemukakan teorinya yang kedua yang dikenal dengan hukum Gossen II, yang
berbunyi:
“Jika konsumen melakukan pemenuhan kebutuhan akan berbagai jenis barang dengan tingkat pendapatan dan harga barang tertentu, konsumen tersebut akan mencapai tingkat optimisasi konsumsinya pada saat rasio marginal utility (MU) berbanding harga sama untuk semua barang yang dikonsumsinya.”
Jika
dilihat tabel sebelumnya, tabel tersebut menguraikan tentang seseorang yang
memaksimalkan utilitas dari satu barang (donat) yang dikonsumsinya. Pada
kehidupan sehari-hari, setiap konsumen selalu mencoba untuk mancapai utilitas
maksimum dari berbagai macam barang yang dikonsumsinya. Andai kata harga setiap
barang itu sama, maka utilitas akan mencapai titik maksimum pada saat utilitas
marjinal dari setiap barang adalah sama. Contohnya, Anda mengonsumsi 3 jenis
barang yaitu X, Y, dan Z. Dari ketiga jenis barang tersebut ternyata kuantitas
X yang kedua, kuantitas Y yang ketiga, dan kuantitas Z yang kelima, memberikan
utilitas yang sama. Jadi, Anda akan mencapai utilitas maksimum pada saat
mengonsumsi dua unit barang X, tiga barang Y, dan lima unit barang Z. Hal
tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jika
barang memiliki harga berbeda akan berlaku rumus sebagai berikut:
Keterangan:
MUX
= Marginal utility barang X
PX
= Price (harga) barang X
MUY
= Marginal utility barang Y
PY
= Price (harga) barang Y
MUZ
= Marginal utility barang Z
PZ
= Price (harga) barang Z
Contoh,
barang yang dikonsumsi Anda memiliki harga yang berbeda setiap unitnya, barang
X harga per unitnya Rp.500,00, harga barang Y per unit Rp.5.000,00, dan harga
barang Z per unitnya Rp.10.000,00. Anda akan menapai utilitas maksimum jika
setiap unit barang memberikan utilitas marjinal yang sama untuk setiap uang
yang dibelanjakan. Kondisi tersebut tercapai pada saat nilai MU barang X=5,
nilai MU barang Y=50, dan nilai MU barang Z=100. Dengan demikian, agar tercapai
utilitas maksimum dari barang yang dikonsumsi, setiap orang harus mengatur
konsumsinya sedemikian rupa sehingga setiap unit barang akan memberikan
utilitas marjinal yang sama untuk setiap uang yang dibelanjakan.
2)
Pendekatan
Utilitas Ordinal (Ordinal Approach)
Sebagian
ahli ekonomi menolak gagasan tentang utilitas yang dapat diukur dengan angka
terhadap barang yang dikonsumsi sehari-hari. Oleh karena itu timbul pendekatan
baru untuk menjelaskan prinsip memaksimalkan utilitas seorang konsumen dengan
pendapatan yang terbatas. Teori ini dikenal dengan teori utilitas ordinal,
teori ini menyatakan bahwa utilitas tidak dapat dihitung, melainkan hanya dapat
dibandingkan. Menurut teori ini yang berlaku adalah apakah konsumen lebih
menyukai kombinasi suatu barang tertentu daripada kombinasi barang lainnya.
Dalam teori utilitas ordinal digunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kurva
utilitas sama (indifference curve) dan garis anggaran (budget line).
a)
Indifference
Curve (Kurva Indiferen)
Dalam
pendekatan ini terdapat asumsi yang menyatakan bahwa konsumen dapat melakukan
pemilihan kombinasi konsumsi tanpa harus menyebutkan bagaimana ia memilihnya.
Contohnya, Anda ditawarkan kombinasi barang tertentu, misalkan 10 unit kemeja
dan 8 unit pensil. Kemudian, Anda diberi beberapa alternatif pilihan kombinasi
barang yang jumlahnya berbeda dari sebelumnya, misalnya 8 unit kemeja dan 10
unit pensil.
Jika
Anda menilai alternatif yang diberikan berupa tambahan 2 unit pensil lebih
rendah daripada pengurangan 2 unit kemeja, Anda mungkin akan memilih kombinasi
barang yang pertama. Anda dapat menilai kedua kombinasi barang tersebut tidak
berbeda (indifferen). Setelah beberapa alternatif kombinasi barang diberikan,
Anda memperoleh beberapa kombinasi barang yang Anda anggap indiferen. Atau
dengan kata lain, kombinasi barang tersebut menurut Anda akan memberikan
utilitas yang sama. Kita lihat dalam tabel berikut.
Tabel
Pilihan Kombinasi Barang yang Memberikan Utilitas (Utilitas yang Sama)
Jika
kita gambarkan dalam bentuk kurva, diperoleh kurva indiferen sebagai berikut.
Tabel
dan Kurva diatas merupakan salah satu dari berbagai macam kemungkinan yang tak
terhitung jumlahnya. Pembuatan tabel dan kurva seperti ini dapat diulang
sebanyak itu diperlukan. Misalnya, Anda dapat membuat tabel dan kurva yang
menggambarkan kombinasi barang yang menawarkan tingkat utilitas yang lebih
besar pada konsumen.
Dalam
hal ini, asumsinya adalah bahwa konsumen akan memperoleh tingkat utilitas yang
lebih tinggi dengan cara menambah jumlah konsumsi kedua jenis barang.
Penambahan konsumsi kedua barang tersebut akan menyebabkan pergeseran garis ke
kanan atas, sehingga kurva indiferen akan semakin jauh dari titik nol. Semakin
jauh kurva indiferen dari titik nol, maka semakin tinggi tingkat utilitas yang
diberikan oleh kombinasi kedua barang tersebut. Himpunan dari beberapa kurva
indiferen dinamakan sebagai peta indiferen (indifference map).
Contoh,
Kurva berikut ini memperlihatkan kurva indiferen yang dikembangkan dari Kurva
diatas, yaitu sebagai berikut.
Jadi
bisa dilihat, kurva IC2 dapat menggambarkan tingkat utilitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kurva IC1, sedangkan kurva IC3 lebih tinggi dibandingkan
kurva IC2, dan seterusnya.
b)
Budget
Line (Garis Anggaran)
Setiap
konsumen yang memiliki pendapatan tetap dalam membelanjakan uangnya selalu
dihadapkan dengan berbagai pilihan barang. Misalnya, Anda adalah seorang
karyawan sebuah perusahaan yang memiliki pendapatan tetap sebesar Rp.500.000,00
dan uang tersebut Anda gunakan untuk membeli makanan dan baju. Harga makanan
misalkan adalah Rp.20.000,00 per unit dan harga baju adalah Rp.25.000,00 per
unit. Anda berniat akan menghabiskan uang yang ada untuk membeli makanan dan
baju. Anda dapat membelanjakan uang tersebut untuk membeli berbagai alternatif
kombinasi makanan dan baju. Jika seluruh uang yang ada dibelanjakan untuk
membeli makanan, Anda dapat membeli 25 buah/porsi makanan.
Adapun
jika digunakan untuk membeli baju, Anda dapat membeli 20 potong baju. Beberapa
kemungkinan dari kombinasi makanan dan baju tersebut dapat dilihat pada Tabel
berikut.
Berdasarkan
Tabel diatas, dapat digambarkan sebuah kurva garis anggaran yang berbentuk
garis lurus. Kurva garis anggaran ini menunjukkan seluruh kombinasi dari kedua
jenis barang yang mungkin bisa terjadi, jika seluruh pendapatan konsumen habis
dibelanjakan. Oleh karena itu, garis anggaran menggambarkan semua kombinasi
barang-barang yang tersedia bagi rumah tangga pada penghasilan tertentu dan
pada harga barang yang dibelinya.
Dalam
mengonsumsi suatu barang perilaku konsumen dibedakan menjadi dua macam, yaitu
perilaku konsumen yang rasional dan perilaku konsumen yang tidak rasional.
Berikut perbedaan keduanya:
1)
Perilaku
Konsumen Rasional
Suatu
konsumsi dapat dikatakan rasional apabila memerhatikan hal-hal berikut ini:
·
Barang
yang dikonsumsi dapat memberikan kegunaan optimal bagi konsumen.
·
Barang
tersebut benar-benar diperlukan oleh konsumen.
·
Mutu
dan kualitas barang terjamin.
·
Harga
barang/jasa sesuai dengan kemampuan konsumen itu sendiri.
2)
Perilaku
Konsumen Tidak Rasional
Suatu
konsumsi dapat dikatakan tidak rasional apabila konsumen tersebut membeli atau
mengkonsumsi barang tanpa dipikirkan terlebih dahulu kegunaannya. Misalnya
alasan membeli barang tersebut hanya karena:
·
Tertarik
oleh promosi atau iklan di media cetak maupun elektronik.
·
Ingin
memiliki merek yang sudah dikenal banyak konsumen.
·
Tertarik
dengan adanya bursa obral atau bonus-bonus dan diskon.
·
Memberi
barang hanya karena prestise atau gengsi.
D. KESEIMBANGAN
KONSUMEN
Untuk
mengetahui bagaimana konsumen mengalokasikan penghasilannya diantara dua
barang, perlu adanya keselarasan antara apa yang diinginkan dan apa yang dapat
diperoleh oleh konsumen tersebut. Ini dapat diketahui melalui penggabungan peta
indiferen dengan kurva garis anggaran konsumen. Kita lihat penggabungan antara
keduanya pada sebuah kurva sebagai berikut:
Berdasarkan
kurva diatas, garis anggaran AB diletakan diatas peta indiferen konsumen. Lihat
garis lengkung pada posisi sebelah kanan atas garis AB, garis tersebut
menunjukan kombinasi barang yang tidak dapat dibeli dengan anggaran yang
dimiliki. Sedangkan garis lengkung pada posisi sebelah kiri bawah garis AB
menunjukan kombinasi barang yang harganya lebih rendah dari
penghasilan/pendapatan sehingga tidak masuk hitungan karena sebelumnya
diasumsikan bahwa Anda membelanjakan seluruh penghasilan Anda sebesar Rp.
500.000,00.
Jadi
posisi yang harus Anda pilih supaya utilitas Anda maksimum adalah pada saat
garis anggaran tepat menyinggung kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai.
Keadaan tersebut disebut dengan keseimbangan konsumen. Jika dilihat pada kurva
maka Anda akan mencapai utilitas maksimum dengan anggaran yang ada pada titik
E, yang artinya Anda dalam mencapai utilitas maksimum dibatasi oleh tingkat
pendapatan yang Anda miliki. Keterbatasan ini merupakan satu kenyataan bahwa
seseorang tidak dapat mengkonsumsi barang yang nilainya melebihi pendapatannya.
Dan akhirnya selesai juga pembahasan "trilogi" kita tentang kegiatan ekonomi yang terdiri dari produksi, distribusi dan konsumsi. Pembahasan kali ini sangat panjang, semoga Anda dapat memperoleh ilmu dan manfaat dari pembahasan kali ini. Terima kasih, sampai jumpa lagi.
Dan akhirnya selesai juga pembahasan "trilogi" kita tentang kegiatan ekonomi yang terdiri dari produksi, distribusi dan konsumsi. Pembahasan kali ini sangat panjang, semoga Anda dapat memperoleh ilmu dan manfaat dari pembahasan kali ini. Terima kasih, sampai jumpa lagi.
Posting Komentar untuk "KEGIATAN EKONOMI (KONSUMSI)"
Posting Komentar
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.