Mengidentifikasi Audiens Sasaran dan Menentukan Tujuan Komunikasi Pemasaran
Mengidentifikasi Audiens Sasaran dan Menentukan Tujuan Komunikasi Pemasaran
A. MENGIDENTIFIKASI AUDIENS SASARAN
Komunikator
pemasaran harus memulai dengan pikiran yang jelas mengenai audiens sasaranya.
Audiens tersebut bisa diartikan sebagai calon pembeli produk perusahaan,
pengguna saat ini, penentu keputusan, ataupun pihak yang mempengaruhi. Audiens dapat
terdiri dari individu, kelompok, masyarakat umum ataupun masyarakat tertentu. Audiens
yang dituju tersebut akan sangat mempengaruhi keputusan komunikator mengenai
apa yang akan dikatakan, kapan mengatakannya, bagaimana mengatakannya, dimana
pesan tersebut akan disampaikan, serta kepada siapa pesan tersebut akan
disampaikan.
B. MENENTUKAN TUJUAN KOMUNIKASI
Sesudah
pasar sasaran dan karakteristiknya diidentifikasi, komunikator pemasaran perlu
memutuskan tanggapan yang diharapkan dari audiens. Tanggapan terakhir yang
diharapkan dari audiens ialah pembelian, kepuasan yang tinggi, serta cerita
dari mulut ke mulut yang baik. Tetapi, pembelian merupakan hasil akhir dari
sebuah proses pengambilan keputusan konsumen yang panjang. Komunikator pemasaran
harus mengetahui bagaimana menggerakkan audiens sasaran menuju tingkat kesiapan
untuk membeli yang lebih tinggi.
Pemasar
mungkin menginginkan tanggapan cognitive (kognitif), afektif (pengaruh),
atau behavior (perilaku) dari audiens yang dituju. Dengan kata lain,
pemasar mungkin ingin memasukkan sesuatu kedalam pikiran konsumen, mengubah
sikapnya, ataupun mendorong konsumen untuk bertindak. Bahkan, terdapat beragam model
tingkatan tanggapan pelanggan. Gambar dibawah menunjukkan empat model
hirarki tanggapan yang paling terkenal.
Semua
model tersebut mengasumsikan bahwa konsumen/pembeli melewati tahap kognitif,
pengaruh dan perilaku, sesuai urutan tersebut. Urutan ini disebut sebagai urutan
"mempelajari-merasakan-melakukan" dan cocok apabila audiens sangat
terlibat dengan suatu kategori produk yang dianggap mempunyai deferensiasi yang
tinggi, misalnya seperti dalam pembelian mobil.
Urutan
lainnya ialah "melakukan-merasakan-mempelajari" yang relevan apabila
audiens mempunyai keterlibatan yang tinggi tetapi menganggap tidak ada atau
sedikit diferensiasi dalam kategori produk tersebut, misalnya seperti dalam
pembelian lembar aluminium. Dan urutan terakhir ialah "mempelajari-melakukan-merasakan"
yang relevan jika audiens mempunyai keterlibatan yang rendah dan menganggap
hanya ada sedikit diferensiasi dalam kategori produk tersebut, misalnya seperti
dalam pembelian garam. Dengan memahami urutan-urutan yang tepat tersebut, pemasar
dapat melakukan perencanaan pemasaran yang lebih baik.
Di
sini kita akan mengasumsikan bahwa konsumen atau pembeli mempunyai keterlibatan
yang tinggi dengan kategori produk dan menganggap ada diferensiasi yang tinggi
dalam kategori tersebut. Oleh karena itu, kita akan bekerja dengan model
hirarki pengaruh “mempelajari-merasakan-melakukan” (lihat kolom kedua pada
gambar diatas) dan menjelaskan bagaimana seharusnya pemasar bersikap kepada
masing-masing dari enam tingkat kesiapan pembeli, yakni kesadaran, pengetahuan,
menyukai, preferensi, keyakinan, dan pembelian.
1.
Kesadaran
Apabila
sebagian besar audiens sasaran tidak menyadari akan objek tersebut, tugas
komunikator ialah membangun kesadaran, mungkin hanya sebatas pengenalan nama
produk. Tugas ini bisa dicapai dengan pesan-pesan sederhana dengan terus
mengulangi nama produk. Tetapi, membangun kesadaran memerlukan waktu yang cukup
lama. Misalnya saja, sebuah perguruan tinggi kecil di Iowa yang bernama
Pottsville berupaya menarik calon mahasiswa dari Nebraska, akan tetapi namanya
tidak dikenal di Nebraska. Dan misalkan ada 30.000 siswa sekolah menengah
pertama (SMP) dan menengah atas (SMA) di Nebraska yang mungkin secara potensial
tertarik untuk mendaftar di Pottsville. Perguruan tinggi tersebut mungkin akan menetapkan
tujuan untuk membuat 70% dari siswa tersebut menyadari nama Pottsville dalam
satu tahun.
2.
Pengetahuan
Audiens
sasaran mungkin sudah mempunyai kesadaran mengenai perusahaan atau produk, akan
tetapi tidak mengetahui lebih banyak lagi. Seperti Posttville mungkin
menginginkan audiens sasarannya mengetahui bahwa Pottsville adalah perguruan
tinggi swasta bermassa pendidikan empat tahun dengan program-program yang
sangat baik dalam bahasa Perancis, sejarah, dan bahasa asing. Jadi Pottsville perlu
untuk mengetahui berapa banyak orang dalam audiens sasarannya yang mempunyai
sedikit, cukup, atau banyak sekali pengetahuan mengenai Pottsville. Berdasarkan
informasi tersebut, perguruan tinggi Pottsville kemudian memutuskan untuk
memilih pengetahuan mengenai produk sebagai tujuan komunikasi.
3.
Menyukai
Apabila
audiens sasaran mengetahui produk yang dimaksudkan, bagaimana perasaan mereka
atas produk tersebut? Contohnya jika audiens tersebut kelihatannya tidak begitu
menyukai perguruan tinggi Pottsville, maka komunikator harus dapat menemukan
alasannya dan kemudian perlu mengembangkan suatu kampanye komunikasi untuk
mendorong perasaan menyukai terhadap Pottsville. Apabila pandangan tidak suka
tersebut diakibatkan karena masalah nyata dari perguruan tinggi tersebut, maka
sekedar kampanye komunikasi saja tidak dapat mengatasi masalah tersebut.
Pottsville harus memperbaiki masalahnnya, lalu kemudian mengkomunikasikan
kualitas barunya tersebut. Hubungan masyarakat yang baik membutuhkan
"tindakan yang baik diikuti dengan kata-kata yang baik".
4.
Preferensi
Audiens
sasaran mungkin menyukai produk tersebut akan tetapi tidak memilihnya
dibandingkan dengan produk lain. Dalam kasus seperti ini, komunikator harus
berupaya untuk membangun preferensi konsumennnya. Komunikator dapat
mempromosikan nilai, kualitas, kinerja dan keistimewaan lain pada produk
tersebut. Komunikator dapat menilai keberhasilan sebuah kampanye dengan
mengukur kembali preferensi audiens sesudah kampanye tersebut dilakukan.
5.
Keyakinan
Seorang
audiens sasaran mungkin lebih menyukai suatu produk tertentu akan tetapi tidak
yakin akan membelinya. Tugas komunikator dalam hal ini (contohnya dalam kasus
perguruan tinggi Pottsville) adalah membangun keyakinan diantara para pelajar
yang tertarik bahwa perguruan tinggi Pottsville merupakan pilihan terbaik untuk
mereka.
6.
Membeli
Pada
akhirnya, beberapa orang dari audiens sasaran mungkin mempunyai keyakinan akan tetapi
tidak bermaksud melakukan pembelian. Mereka mungkin menantikan lebih banyak
informasi atau mungkin merencanakan untuk bertindak kemudian. Dalam hal ini komunikator
harus mengarahkan konsumen tersebut agar mengambil langkah terakhir. Caranya
bisa berupaya menawarkan produk dengan harga yang rendah, menawarkan premium,
ataupun memberikan kesempatan secara terbatas kepada konsumen untuk mencoba.
Jadi, seperti cantoh kasus perguruan tinggi Pottsville, Pottsville mungkin
mengundang beberapa siswa sekolah menengah (SMA) yang terpilih untuk
mengunjungi kampus dan menghadiri beberapa kuliah. Atau bisa juga Pottsville
mungkin menawarkan beasiswa bagi sebagian siswa yang berprestasi.
Posting Komentar untuk "Mengidentifikasi Audiens Sasaran dan Menentukan Tujuan Komunikasi Pemasaran"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.