Cara Merancang Pesan dalam Komunikasi Pemasaran
Cara Merancang Pesan dalam Komunikasi Pemasaran
Setelah
menetapkan tanggapan yang diinginkan dari audiens, tugas komunikator
selanjutnya adalah mengembangkan pesan yang efektif. Idealnya, pesan tersebut
harus menarik perhatian (attention), membangkitkan keinginan (desire),
mempertahankan ketertarikan (interest), dan menggerakkan tindakan (action).
(Model AIDA, lihat kolom pertama pada gambar dibawah). Dalam praktiknya, hanya
sedikit pesan yang dapat membawa konsumen mulai dari tahap kesadaran sampai dengan
pembelian, namun kerangka kerja AIDA tersebut menunjukkan kualitas yang
diharapkan dari tiap-tiap komunikasi.
Memformulasikan atau merancang pesan membutuhkan pemecahan atas 4 (empat) masalah, yaitu apa yang akan
dikatakan (isi pesan), bagaimana cara mengatakannya secara logis (struktur
pesan), bagaimana cara mengatakannya secara simbolis (format pesan), serta
siapa yang seharusnya mengatakannya (sumber pesan).
1.
Isi
Pesan
Komunikator
harus selalu memperhatikan apa yang akan dikatakannya kepada audiens sasaran
agar dapat menghasilkan tanggapan yang diharapkan. Dalam era pemasaran massal,
ada asumsi bahwa satu pesan dapat dipakai untuk semua orang. Namun sekarang
kita ketahui bahwa orang yang berbeda mencari manfaat yang berbeda meskipun dari
produk yang sama. Banyak orang yang semakin kurang memperhatikan iklan massal karena
kurangnya keyakinan dan waktu mereka bahwa semua merek sama. Mereka selalu berpindah-pindah
saluran radio dan televisi. Oleh karena itu, tantangannya ialah menciptakan
pesan yang bisa menarik perhatian kelompok sasaran yang spesifik. Misalnya
seperti, agen iklan Coca cola, Creative Artists, menciptakan kumpulan iklan
yang berbeda untuk berbagai target segmen pasar. Para manajer Coca-Cola lokal
serta global akan memutuskan iklan mana yang paling efektif untuk setiap segmen
sasarannya.
Dalam
menentukan isi pesan yang baik, manajemen mencari daya tarik, ide, tema, atau
usulan penjualan yang unik. Dengan kata lain berarti memformulasikan suatu
manfaat, identifikasi, motivasi, atau alasan mengapa audiens harus meneliti
atau mengingat produk itu. Setidaknya ada tiga jenis daya tarik, yaitu
rasional, emosional, dan moral.
a.
Daya
Tarik Rasional
Daya
tarik rasional lebih kepada membangkitkan kepentingan diri audiens. Daya tarik
rasional menunjukkan bahwa produk yang bersangkutan akan menghasilkan manfaat
yang dikatakan. Contohnya ialah pesan yang menunjukkan kualitas, manfaat, nilai
ekonomis, atau kinerja suatu produk.
b.
Daya
Tarik Emosional
Daya
tarik emosional mencoba untuk membangkitkan emosi positif ataupun negatif yang
akan memotivasi pembelian konsumen. Pemasar mencari usulan penjualan emosional
(Emotiol Selling Preposition-ESP). Produk tersebut mungkin sama dengan
produk pesaing, mempunyai asosiasi yang unik bagi konsumennya (contohnya adalah
Harley Davidson, Rolls Royce, dan Rolex), komunikasi harus menarik asosiasi
ini. Selain itu, komunikator juga menggunakan daya tarik negatif seperti rasa
takut, rasa malu, dan bersalah, agar orang mau melakukan hal yang seharusnya
mereka lakukan (misalnya melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan, menggosok
gigi) atau agar orang berhenti melakukan hal yang seharusnya tidak mereka
lakukan (misalnya minum minuman beralkohol, merokok, makan secara berlebihan,
dan sebagainya). Komunikator juga menggunakan daya tarik emosional yang positif
seperti cinta, humor, kebanggaan, dan kebahagiaan.
c.
Daya
Tarik Moral
Daya
tarik moral diarahkan pada perasaan audiens mengenai apa yang benar dan tepat.
Daya tarik moral sering dipakai untuk mendorong orang mendukung masalah-masalah
sosial, seperti hubungan antar ras yang lebih baik, persamaan hak bagi wanita, lingkungan
hidup yang lebih bersih, dan bantuan bagi orang yang berkekurangan. Daya tarik
moral jarang sekali dikaitkan dengan produk sehari-hari.
Beberapa
pengiklan meyakini bahwa pesan akan paling persuasif apabila pesan tersebut
agak tidak sesuai dengan apa yang diyakini oleh audiens. Pesan yang hanya
menyatakan apa yang sudah diyakini audiens biasanya akan menarik lebih sedikit
perhatian dan paling hanya akan memperkuat keyakinan audiens. Namun, apabila
pesan tersebut terlalu bertentangan dengan apa yang diyakini audiens, pesan
tersebut akan ditentang dalam pikiran audiens dan tidak akan dipercaya oleh
audiens. Dalam hal ini tantangannya ialah merancang suatu pesan yang agak tidak
sesuai dan menghindari dua kondisi tersebut.
2.
Struktur
Pesan
Efektivitas
suatu pesan tergantung pada struktur dan isinya. Penelitian Hovland di Universitas
Yale menyoroti isi pesan serta hubungannya dengan penarikan kesimpulan, onesided argument (argumen sepihak)
versus two-sided arguments (argumen dua pihak), serta urutan penyajian.
Beberapa
penelitian yang dilaksanakan sebelumnya lebih mendukung pembuatan kesimpulan
bagi audiens dibandingkan membiarkan audiens menarik kesimpulannya sendiri.
Tetapi, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa iklan yang terbaik ialah
iklan yang mengajukan pertanyaan dan membiarkan para audiens menarik kesimpulan
mereka sendiri. Penarikan kesimpulan mungkin bisa menyebabkan reaksi negatif
dalam situasi seperti berikut ini:
a.
Jika
komunikator dianggap tidak bisa dipercaya, audiens mungkin akan menolak usaha
yang dilakukan untuk mempengaruhi mereka.
b.
Jika
apa yang akan disampaikan tersebut sangat pribadi, audiens mungkin akan menolak
usaha komunikator untuk menarik suatu kesimpulan.
c.
Jika
masalahnya sederhana atau audiens lebih cerdas, audiens akan merasa jengkel
terhadap usaha untuk menerangkan apa yang sudah jelas.
Menarik
kesimpulan yang terlalu eksplisit (gamblang) juga dapat membatasi daya tarik
atau penerimaan atas suatu produk. Seperti misalnya apabila Ford menekankan
dengan jelas bahwa Mustang hanya ditujukan untuk kalangan muda, maka hal
tersebut akan membatasi kelompok-kelompok umur lain yang tertarik pada Mustang.
Dengan begitu, rangsangan mendua (stimulus ambiguity) dapat mengarah
pada definisi pasar yang lebih luas dan pemakaian produk yang lebih bebas.
Penarikan kesimpulan lebih sesuai untuk produk yang terspesialisasi atau rumit
yang dimaksudkan untuk suatu kegunaan tunggal dan jelas.
Orang
mungkin berasumsi bahwa penyajian sepihak (onesided presentations) yang
memuji keunggulan-keunggulan sebuah produk akan lebih efektif dibandingkan
dengan argumen dua pihak (two-sided arguments) yang juga menunjukkan
kekurangan sebuah produk. Tetapi, pesan dua pihak tersebut mungkin akan lebih
tepat dalam situasi tertentu, terutama apabila kesan negatif harus diatasi.
Berdasarkan pemikiran tersebut, Heinz menyampaikan pesan seperti "Saos
tomat Heinz lambat enaknya" dan Listerine juga menyampaikan pesan seperti
"Listerine terasa tidak enak dua kali sehari” Inilah beberapa temuan:
a. Pesan sepihak bekerja paling baik
dengan audiens yang awalnya setuju dengan posisi komunikator, dan argumen dua
pihak bekerja paling baik pada audiens yang menentang.
b. Pesan dua arah cenderung lebih
efektif pada audiens yang kemungkinan sudah pernah menerima propaganda
sebaliknya.
c. Pesan dua pihak akan lebih
efektif pada audiens yang berpendidikan lebih baik.
Pada
akhirnya, urutan penyajian argumen itu sangat penting. Pada kasus pesan
sepihak, menyajikan alasan terkuat lebih dahulu mempunyai kelebihan yaitu akan
menarik perhatian serta minat. Hal ini penting di koran serta media-media lain
yang audiensnya sering tidak mengikuti keseluruhan pesan. Tatapi, ini berarti
kesimpulan yang bersifat antiklimaks. Sementara untuk audiens yang sudah
tertarik (captive audience), penyajian secara klimaks akan lebih
efektif. Sedangkan pada kasus pesan dua pihak, masalahnya ialah apakah akan
menyajikan alasan positif terlebih dahulu atau terakhir. Apabila audiens
awalnya menentang, komunikator bisa memulai dengan argumen pihak lain dan menyimpulkan
dengan argumennya yang paling kuat.
3.
Format
Pesan
Komunikator
sangat perlu untuk mengembangkan suatu format yang kuat untuk pesannya. Dalam
iklan tercetak, komunikator harus memutuskan judul, ilustrasi, kata-kata, dan
warna. Apabila pesan disampaikan melalui radio, maka komunikator harus dengan
teliti memilih kata, kualitas suara (irama, kecepatan ucapan, pola titinada,
artikulasi), dan vokalisasi (jeda, hembusan nafas, tarikan nafas).
Suara
orang yang mempromosikan mobil bekas harus berbeda dari suara yang mengiklankan
sebuah Cadillac baru. Apabila pesan disampaikan menggunakan televisi atau
langsung secara pribadi, maka semua unsur tadi ditambah dengan bahasa tubuh (isyarat
nonverbal) yang harus direncanakan. Penyaji harus memperhatikan ekspresi wajah,
pakaian, postur, gerak isyarat, dan gaya rambut. Sementara apabila pesan
disampaikan melalui produk atau kemasannya, maka komunikator harus
memperhatikan warna, aroma, ukuran, tekstur, dan bentuk.
Warna
memainkan peran komunikasi yang penting dalam preferensi makanan. Tatkala para
wanita diminta untuk mencoba empat cangkir kopi yang diletakkan di samping
wadah berwama coklat, merah, biru, dan kuning (semua kopi tersebut sama, namun
para wanita tersebut tidak mengetahuinya), 75% wanita merasakan bahwa kopi yang
berada di samping wadah coklat terasa sangat kental dan hampir 85% wanita menyatakan
bahwa kopi yang berada di samping wadah merah ialah kopi yang terkaya. Dan hampir
semua orang merasa bahwa kopi yang berada disamping wadah berwarna biru
merupakan kopi yang lembut, serta kopi yang berada disamping wadah kuning ialah
kopi yang encer.
4.
Sumber
Pesan
Pesan
yang disampaikan oleh sumber yang terkenal atau menarik akan lebih menarik
perhatian dan mudah diingat. Pengiklan sering memakai orang-orang terkenal
sebagai model iklan. Penggunaan orang-orang terkenal akan efektif apabila
mereka dapat melambangkan atribut produk yang utama. Namun yang sama pentingnya
ialah kredibilitas model iklan tersebut. Pesan yang disampaikan oleh sumber-sumber
yang sangat terpercaya akan lebih persuasif. Perusahaan obat ingin para dokter
memberikan kesaksian tentang manfaat dari produk mereka karena dokter memiliki
kredibilitas yang sangat tinggi.
Faktor-faktor
apa saja yang melandasi kredibilitas sumber? Tiga faktor yang paling sering
diidentifikasi ialah keahlian, kelayakan untuk dipercaya, serta kemampuan untuk
disukai.
a.
Keahlian
(Expertise)
Keahlian
(Expertise) ialah pengetahuan khusus
yang dipunyai oleh komunikator untuk mendukung pesan yang disampaikannya. Para
ilmuan, dokter, dan professor mempunyai peringkat yang tinggi dalam bidang
masing-masing.
b.
Kelayakan
untuk Dipercaya (Trustworthiness)
Kelayakan
untuk dipercaya (trustworthiness) berhubungan dengan anggapan atas tingkat
objektivitas serta kejujuran sumber pesan. Teman lebih dipercaya dibandingkan
dengan seorang yang tidak dikenal atau wiraniaga, dan orang yang tidak dibayar
untuk merekomendasikan sebuah produk akan dianggap lebih dapat dipercaya
dibandingkan dengan orang yang dibayar.
c.
Kemampuan
untuk disukai (Likebility)
Kemampuan
untuk disukai (Likebility) menunjukkan daya tarik sumber dimata
konsumen. Sifat-sifat seperti terus terang, humoris, dan apa adanya membuat
sumber lebih disukai. Sumber yang paling dipercaya adalah seseorang yang
memiliki peringkat tertinggi pada ke tiga kriteria tersebut.
Jika
seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap suatu pesan dan suatu sumber,
atau sikap yang negatif terhadap keduanya, maka terjadilah yang dinamakan dengan
keadaan kongruen (state of congruity). Lalu apa yang akan terjadi
apabila seseorang mempunyai satu sikap terhadap sumber dan sikap berlawanan
terhadap pesan? Seperti contohnya, seorang ibu rumah tangga yang mendengar seorang
terkenal yang ia sukai mempromosikan sebuah merek yang tidak disukainya.
Tannenbaum
dan Osgood menyatakan bahwa perubahan sikap akan terjadi searah dengan
bertambahnya jumlah kesesuaian (congruity) antara kedua evaluasi
tersebut. Maka Ibu rumah tangga tersebut cenderung akan sedikit kurang
menghargai orang terkenal tersebut atau cenderung sedikit lebih menghargai merek
tersebut. Apabila ia menemukan bahwa orang terkenal yang sama tersebut
mempromosikan merek lain yang tidak disukainya, maka pada akhirnya ia akan
mempunyai pandangan yang negatif terhadap orang terkenal itu dan tetap
mempertahankan sikap negatifnya terhadap merek yang bersangkutan tersebut.
Prinsip
kongruen menyatakan bahwa komunikator dapat memakai citra baiknya untuk
mengurangi sikap negatif terhadap sebuah merek akan tetapi dalam proses
tersebut komunikator tersebut mungkin kehilangan penghargaan dari audiensnya.
Posting Komentar untuk "Cara Merancang Pesan dalam Komunikasi Pemasaran"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.