Konsep Penjualan dan Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial
KONSEP PENJUALAN DAN KONSEP PEMASARAN BERWAWASAN SOSIAL
KONSEP PENJUALAN
Konsep penjualan menyatakan bahwa konsumen, jika diabaikan pada umumnya tidak akan
membeli produk perusahaan dalam jumlah yang cukup. Oleh sebab itu, organisasi
atau perusahaan harus melakukan usaha promosi dan penjualan yang agresif.
Konsep
penjualan mengasumsikan bahwa konsumen enggan atau enggan melakukan pembelian
dan untuk itu konsumen harus didorong. Selain tu konsep ini juga diasumsikan
bahwa perusahaan mempunyai cara penjualan dan peralatan promosi yang efektif
untuk menstimulus atau merangsang lebih banyak pembelian oleh konsumen.
{|CATATAN| Baca juga konsep-konsep lainnya dalam artikel berikut: 1. Konsep Produk dan Konsep Produksi | 2. Konsep Pemasaran}
Konsep menjual paling banyak diterapkan untuk barang atau jasa yang tidak dicari, yakni barang-barang atau jasa yang biasanya tidak terpikirkan oleh konsumen untuk dibeli, seperti misalnya tanah pemakaman, ensiklopedi, dan asuransi. Industri-industri tersebut telah banyak menyempurnakan berbagai macam teknik penjualan untuk menemukan calon konsumen dan berusaha dengan keras menjual keunggulan produk-produk mereka.
Konsep menjual paling banyak diterapkan untuk barang atau jasa yang tidak dicari, yakni barang-barang atau jasa yang biasanya tidak terpikirkan oleh konsumen untuk dibeli, seperti misalnya tanah pemakaman, ensiklopedi, dan asuransi. Industri-industri tersebut telah banyak menyempurnakan berbagai macam teknik penjualan untuk menemukan calon konsumen dan berusaha dengan keras menjual keunggulan produk-produk mereka.
Konsep
menjual juga diterapkan dalam perusahaan atau organisasi nirlaba oleh pengumpul
dana, partai politik dan bagian penerimaan mahasiswa. Sebuah partai politik
akan "menjual" calon yang diusungnya dengan gencar. Sang calon akan berkeliling
ke daerah pemilihan dari pagi hingga sore, bersalaman, bertemu dengan
penyandang dana, mencium bayi dan berpidato. Biasanya sangat banyak biaya yang
dikeluarkan untuk iklan di berbagai media seperti televisi, radio, surat dan
poster. Segala kelemahan calon akan ditutup-tutupi, karena tujuannya adalah
untuk melakukan penjualan bukannya keputusan setelah penjualan. Lalu setelah
pemilihan umum, pejabat baru yang terpilih tersebut terus menganut orientasi penjualan
dalam menghadapi rakyatnya. Hanya sedikit riset yang dilakukan tentang apa yang
di inginkan dan dibutuhkan masyarakat, serta banyak penjualan yang dilakukan
untuk membuat masyarakat menerima kebijakan yang di inginkan politisi ataupun
partai yang mengusungnya.
Kebanyakan
perusahaan menerapkan konsep penjualan ini apabila mereka memiliki kelebihan
kapasitas. Tujuan mereka hanyalah menjual apa yang mereka hasilkan, bukannya
membuat apa yang pasar butuhkan dan inginkan. Dalam perekonomian industrial (yakni,
pembeli lebih dominan), penjual harus berjuang keras untuk memperoleh pelanggan.
Calon pembeli dikeroyok dengan berbagai macam iklan, mulai dari iklan surat
kabar, televisi, surat dan bahkan melalui telepon. Di setiap tempat, seseorang terlihat
sedang berusaha menjual sesuatu. Pada akhirnya, masyarakat sering mengartikan
pemasaran dengan usaha keras penjualan dan periklanan.
Oleh
sebab itu, banyak orang yang terkejut saat mereka diberitahu bahwa bagian
terpenting dalam sebuah pemasaran bukanlah menjual. Menjual hanyalah puncak
dari gunung es pemasaran. Seperti yang dikemukakan Peter Drucker, salah seorang
ahli manajemen terkemuka:
Seseorang
dapat mengasumsikan bahwa penjualan selalu tetap dibutuhkan. Tetapi, tujuan
pemasaran ialah membuat kegiatan menjual berjalan lancar. Tujuan pemasaran
adalah untuk memahami dan mengetahui para pelanggan dengan baik sehingga produk
ataupun jasa yang dihasilkan perusahaan cocok dengan pelanggan dan dapat
terjual dengan sendirinya. lajimnya, pemasaran harus bisa menghasilkan
pelanggan yang siap untuk membeli produk. Sehingga yang tinggal hanyalah cara bagaimana
membuat produk atau jasa tersebut dapat tersedia.
Ketika
Toyota memperkenalkan mobil Lexusnya, ketika Sony merancang Walkman, dan ketika
Nitendo merancang permainan video yang unggul, pabrikan-pabrikan tersebut
kebanjiran pesanan karena mereka sudah merancang produk yang "tepat".
Berdasarkan pekerjaan rumah pemasaran yang sangat teliti.
Tidak
dapat dipungkiri, pemasaran berdasarkan penjualan yang keras mempunyai resiko
yang tinggi. Pandangan demikian mengasumsikan bahwa konsumen yang berhasil
dibujuk untuk melakukan pembelian suatu produk akan menyukainya dan apabila
tidak menyukainya, mereka tidak akan menjelek-jelekkannya atau mengajukan
keluhan kepada organisasi konsumen. Mereka mungkin akan melupakan ketidakpuasan
yang mereka alami dan membeli kembali produk tersebut. Asumsi ini sebenarnya sangat
tidak beralasan. Sebuah studi menunjukkan bahwa konsumen yang tidak puas akan
menjelek-jelekkan produk yang bersangkutan ke pada sepuluh atau lebih
kenalannya, dan kabar buruk menyebar dengan cepat.
KONSEP PEMASARAN BERWAWASAN SOSIAL
Belakangan
ini, banyak orang yang mempertanyakan apakah konsep pemasaran adalah falsafah
yang tepat dalam era perusakan lingkungan hidup, ledakan jumlah penduduk,
keterbatasan sumber daya, kemiskinan dan kelaparan dunia, serta pengabaian
pelayanan sosial. Perlukah setiap perusahaan yang telah melakukan tugas
memuaskan keinginan konsumen dengan sangat baik untuk beroperasi bagi
kepentingan jangka panjang konsumen dan masyarakat? Konsep pemasaran cenderung
mengesampingkan pertentangan potensial antara keinginan konsumen dengan kesejahteraan
sosial jangka panjang.
Keadaan
tersebut membutuhkan konsep baru yang memperluas konsep pemasaran. Beberapa konsep
yang diusulkan yaitu “pemasaran sadar lingkungan” dan "pemasaran
berkemanusiaan". Dan kemudian yang terakhir ialah konsep pemasaran
berwawasan sosial.
Konsep
pemasaran berwawasan sosial ini menyatakan bahwa tugas perusahaan atau organisasi
adalah menentukan kebutuhan, keinginan, serta kepentingan pasar sasaran dan
memberikan kepuasan yang diinginkan konsumen secara lebih efisien dan efektif
daripada pesaing dengan meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraaan konsumen
dan masyarakat.
Konsep
berwawasan sosial mengajak seluruh pemasar untuk membangun pertimbangan sosial
dan etika dalam praktek pemasaran yang mereka lakukan. Seluruh pemasar harus menyelaraskan
dan menyeimbangkan tiga faktor yang sering menjadi pertikaian, yakni laba
perusahaan, pemuasan keinginan konsumen, dan kepentingan publik. Dan pada akhirnya
sejumlah perusahaan sudah mencapai penjualan serta laba yang mengesankan dengan
menerima serta menerapkan konsep pemasaran berwawasan sosial ini.
Posting Komentar untuk "Konsep Penjualan dan Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial"
Berkomentarlah sesuai topik pembahasan artikel, dan jangan ragu untuk menegur kami apabila ada kesalahan dalam artikel. Terima kasih.